
Saya ingin menulis tentang teror bom di Indonesia, kalau kalian udah bosen dengan hal ini silahkan di skip aja, tapi buat yang masih tertarik silahkan diterusin bacanya. Karena nanti kalian akan menemukan hal-hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan oleh kalian.
Sejak awal tragedi teror bom di Indonesia, kita selalu terpaku kepada siapa pelaku dan apa motifnya. Mengenai pelaku mungkin saat ini sudah terang, mulai dari pelaksana seperti Amrozi, Imam Samudra dkk, sampai dengan otak pelaku seperti Noordin M Top dan Azahari.
Tapi yang tidak pernah diperhatikan dan sampai sekarang masih belum jelas adalah motif dari pemboman tersebut. Bila sudah ada peristiwa seperti ini maka pertanyaan yang relevan bukan lagi siapa, tapi MENGAPA?, MENGAPA INDONESIA?, Siapa yang paling diuntungkan dengan adanya peristiwa ini?
Setelah saya coba membaca banyak sumber dan bahan serta mencoba mengaitkan semua fakta, semua nya terarah kepada seekor negara tetangga kita yang bernama Malaysia. Ya Negara tetangga kita yang sudah sejak lama jadi musuh dalam selimut dengan berbagai keusilan dan keisengannya, adalah tersangka kuat dibelakang semua kasus pengeboman di Tanah air ini.
Kenapa saya berani berasumsi seperti itu? mari kita lihat beberapa fakta dan alasan yang melatar belakangi asumsi saya ini.
Sudah jelas tentu bagi kita, bahwa otak dibelakang semua teror ini adalah Noordin M Top dan Azahari, yang kedua-duanya adalah warga negara malaysia. Lalu pertanyaannya kenapa mereka tidak melakukan pengeboman di Malaysia saja kalau alasannya adalah ingin melenyapkan Amerika dan kaum kafir di muka bumi? Di Malaysia ada pusat perjudian Genting highlands, di malaysia banyak turis asing sejak mereka gencar berpromosi dengan Truly Asia nya (yang ternyata isinya maling semua itu). Oh ya, dan jangan lupakan juga satu hal, semua yang dijadikan sasaran oleh teroris tersebut, mulai dari Hotel JW Marriott, Hotel Ritz Carlton dan Kedutaan Amerika serta Australia, semuanya juga memiliki cabang di Malaysia!
lalu kenapa yang di Bom Indonesia bukan Malaysia? sudah jelas, jawabannya, karena pelakunya adalah Malaysia. Alasan yang mencuat di pengadilan dari para pelaku yang tertangkap yang mengatakan untuk memerangi kaum kafir sepertinya hanya akal2an dari Noordin dan Azahari saja, sayang sampai sekarang Noordin belum tertangkap dan Azahari udah keburu mampus sebelum di interogasi.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah apa untungnya Malaysia melakukan aksi teror di Indonesia? Nah, hal ini yang sebenarnya banyak dilewatkan oleh banyak orang, sebenarnya dari semula ketika pengeboman di Bali di lakukan seharusnya kita sudah bisa menarik kesimpulan, begitu juga dengan pengeboman di Kedutaan Australia.
Bali dipilih, karena itulah salah satu lokasi wisata yang paling terkenal di Dunia, setiap tahunnya kunjungan turis asing ke Bali bisa mengalahkan kunjungan turis asing ke Malaysia. Merasa tidak mampu menandinginya, maka Malaysia diduga berada di belakang pengeboman tersebut, dan hasilnya? jumlah turis ke Bali menjadi sepi dan hampir semuanya berpindah ke Malaysia, yang pada saat berikutnya kemudian gencar berpromosi dengan tagline Malaysia Truly Asia nya. Hal yang sama yang mendasari keinginan Malaysia untuk merebut sipadan dan Ligitan dari Indonesia, tahukah kalian semua kalau Sipadan dan Ligitan ini dimaksudkan oleh Malaysia untuk menandingi Bali? jika kalian tidak percaya silahkan buka website tourism Malaysia, dan lihatlah betapa Malaysia dengan tidak tahu malunya mendaftarkan Pulau Sipadan sebagai nominasi untuk salah satu keajaiban dunia bertanding dengan Pulau Komodo dari Indonesia.
Lalu kenapa kedutaan Australia? bila memang mereka menganggap bahwa Amerika sebagai biang kekafiran dan harus diperangi, mengapa bukan kedutaan Amerika yang di Bom? dan mengapa yang di Bom justru kedutaan Australia yang di Indonesia, bukan yang di Malaysia? pertanyaan yang bagus. jawabannya adalah, kita harus melihat kembali hubungan pasang surut antara Indonesia dan Australia. Bukan rahasia lagi bila selama ini hubungan antara Indonesia dan Australia bisa dibilang tidak terlalu mesra-mesra amat, kadang sering terjadi konflik antara kedua negara. Tapi sebaliknya kunjungan wisatawan asing ke Indonesia terutama ke Bali justru sangat banyak yang berasal dari Australia. terbukti dengan korban Bom Bali terbanyak adalah warga Australia, dengan mengebom keduataan Australia di Indonesia, Malaysia mengharapkan akan terjadi konflik terbuka antara Indonesia dengan Australia, dan disaat yang bersamaan, Malaysia berharap bisa menangguk wisatawan dari Australia dengan asumsi negara Australia akan mengeluarkan Travel warning ke Indonesia dan mengalihkan wisatanya ke Indonesia (suatu hal yang kemudian benar2 terjadi).
Dan silahkan kalian cek lagi dari jumlah korban yang berjatuhan akibat teror bom di Indonesia, maka kalian tidak akan menemukan satu orangpun warga negara Malaysia yang menjadi korban, mengherankan bukan?
Oh ya ada satu fakta yang baru saja saya ketahui, tentunya kalian sudah mafhum bahwa selama ini semua kegiatan terror di Indonesia selalu dikaitkan dengan sebuah pesantren asal Solo, dimana banyak para pelakunya yang jebolan santri disana. Dan Pimpinannya Abu Bakar Baasyir yang sempat diajukan ke pengadilan, ternyata pada tahun 1982 pernah melarikan diri ke Malaysia dan menetap disana untuk beberapa lama. dan sampai dengan tahun 1999 dia aktif di sana bersama dengan Hambali (terorist yang kabarnya kini meringkuk di penjara AS). lalu kenapa tidak pernah ada aksi teror di malaysia seperti halnya di Indonesia? padahal kuartet yang dituduh teroris kelas kakap (Abu Bakar, Hambali, Noordin, Azahari) itu pernah pada saat yang sama berada di sebuah negara.
Semua hal yang diatas adalah kejadian yang sudah lampau, sudah lebih dari lima tahun yang lalu, dan bagaimana dengan pengeboman yang baru terjadi kemarin? saya masih menduga kuat pengeboman tersebut juga didalangi oleh Malaysia melalui orang suruhannya si Noordin keparat itu. kenapa saya bisa sampai bisa menduga seperti itu? jawabannya sederhana karena motif ekonomi yang mendasarinya.
Gak Ngerti? begini, sejak Dunia dilanda resesi global, maka kita lihat bahwa satu persatu negara di dunia ini keadaan perekonomiannya ambruk. Yang selamat di Asia hanya 3 negara, Indonesia, China dan India. lalu dimana Malaysia? Malaysia jeblok dengan pertumbuhan ekonomi yang minus 6%!.
Produk andalan mereka seperti Kelapa sawit dan karet harganya hancur2an di pasar dunia, mau gak mau mereka harus mencari sumber baru untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka? dan sumber baru itu bernama Ambalat.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa blok lepas pantai ambalat menyimpan banyak cadangan minyak bumi yang konon kabarnya nilainya bisa untuk melunasi hutang luar negeri Indonesia. nah berhubung Ambalat ini secara garis teritorial berada di Indonesia, maka mau gak mau malaysia mencoba memainkan jurus lamanya ketika berhasil merebut sipadan dan Ligitan dulu, yaitu dengan mencoba melakukan provokasi kepada Indonesia.
Apa yang sebenarnya diharapkan dari Malaysia dari provokasi tersebut? mengapa mereka melakukan provokasi tapi kemudian menolak untuk berperang, padahal persenjataan mereka jauh lebih lengkap dan modern dari Indonesia? nah disinilah letak kelicikan mereka. Seperti halnya Sipadan dan Ligitan dulu, Malaysia mencoba memprovokasi dengan harapan Indonesia akan merespon dan melakukan penyerangan terlebih dahulu, kalau sudah demikian dan terjadi perang terbuka, maka Malaysia akan mengadukannya kepada Mahkamah Internasional untuk menengahinya. dan kalau sudah sampai di Mahkamah Internasional, bisa-bisa Indonesia lagi-lagi kalah lobby seperti dahulu. Untung nya Indonesia tidak terpancing, dan tetap menganggap bahwa Ambalat sebagai bagian dari NKRI dan tidak membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional. Karena dengan membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional maka akan menjadi blunder bagi Indonesia, dan sama saja artinya bahwa Indonesia juga tidak yakin dengan status Ambalat saat ini.
Lalu hubungannya dengan Bom Ritz Marriott kemarin? sabar bencong! begini penjelasannya. Dengan gagalnya Malaysia memprovokasi Indonesia di Ambalat maka kemudian Malaysia mencoba mencari jalan lain, dan jalan itu adalah dengan kembali ke cara lama yaitu terror. malaysia menunggu saat dan waktu yang tepat untuk melakukannya.
Disaat Indonesia baru selesai menghadapi Pemilu dengan kisruh DPT nya, dan Indonesia bersiap untuk bersolek menyambut MU, ditambah lagi kepercayaan dunia Internasional yang sedang tinggi2 nya (sadar gak kalian kalau kemaren2 banyak banget konferensi berskala internasional yang dilakukan di Indonesia?), nah Malaysia mencoba mencuri di saat kita lengah.
Dengan harapan bahwa pengeboman bisa terjadi karena alasan orang yang tidak puas dengan Pemilu, maka mereka kembali melakukan kekejiannya dengan melakukan pengeboman. Hal yang menarik dari pengeboman ini adalah waktunya, mengapa mereka lakukan di tanggal 17 Juli? bila memang ingin menarik perhatian dunia internasional mengapa tidak di lakukan di tanggal 19 atau 20 ketika MU sudah berada di hotel tersebut toh mereka sudah berada didalam hotel? mengapa mereka melakukannya di saat yang masih terhitung pagi sekali (belum pukul 8), bila memang mereka mengincar banyak korban mengapa tidak dilakukan saat lebih agak siang dimana keadaan lobby dan restoran pasti sangat ramai (apalagi hari itu hari Jum’at). Jawabannya adalah karena yang mereka incar adalah kegiatan CEO Breakfast meeting yang berlangsung saat itu. Coba perhatikan, bahwa meeting itu adalah pertemuan rutin yang diselenggarakan dengan dihadiri oleh para petinggi perusahaan TAMBANG yang ada di Indonesia. Itulah yang mereka incar, harapannya? tentu ingin memberikan image kepada mereka bahwa Indonesia bukan tempat yang aman untuk berinvestasi, dengan harapan juga pengerjaan blok Ambalat yang notabene adalah pertambangan, akan jatuh ke tangan mereka.
Bila kalian tidak percaya coba perhatikan beberapa nama-nama korban dibawah ini yang saat itu hadir di CEO Meeting beserta dengan jabatan dan perusahaan mereka berasal:
Kevin S Moore, Presiden Direktur Husky, perusahaan multinasional yang bergerak di bidang energi papan atas dunia. Berpusat di Kanada, Husky merupakan salah satu perusahaan energi besar dunia.
Gary Ford, Presiden Direktur Anadarko Indonesia Company. Anadarko Petroleum Corporation adalah salah satu produsen minyak dan das terbesar di dunia. Salah satu operasinya di Indonesia.
Garth McEvoy, Dia adalah Presiden Direktur Thiess Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan asal Australia. McEvoy adalah mantan pengacara yang aktif sebagai anggota Jakarta Golf Community.
Peter Van Wessel, Warga negara Belanda ini merupakan presiden Direktur Oil Tanking Ltd, sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang layanan penampungan minyak dan bahan tambang lainnya.
James Castle, Chairman dan pendiri Castle Asia, perusahaan konsultan bisnis yang didirikan di Jakarta pada 1980. Di dunia bisnis, Castle adalah tukang lobi terkemuka bagi perusahaan asing yang ingin investasi di Indonesia.
Noke Kiroyan, Mantan CEO PT Newmont Pacific Nusantara dan Presiden Direktur PT Rio Tinto Indonesia. Sekarang, Noke menjabat sebagai Managing Partner PT Komunikasi Kinerja, perusahaan konsultan dengan klien perusahaan multinasional.
Adrianto Machribie, Mantan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia pada 1996 -2006. Sekarang, dia masih menjabat Presiden Direktur Atlantic Copper, anak usaha Freeport-McMoran Copper and Gold. Dia juga Penasehat Senior Presiden Direktur PT Freeport Indonesia.
Dave Potter, Warga negara Amerika Serikat ini adalah Direktur PT Freeport Indonesia, perusahaan emas besar dunia asal Amerika Serikat. Salah satu tambangnya beroperasi di Papua, Indonesia.
Timothy Mackay, CEO PT Holcim Indonesia, salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia. Holcim merupakan raksasa semen dunia asal Swiss yang memiliki pabrik di berbagai negara.
Jadi sudah jelas kini dengan siapa kita berhadapan, saya menulikan ini bukan bermaksud untuk menghasut atau apapun, saya hanya mencoba menjalinkan semua fakta dan peristiwa yang ada kedalam suatu gambaran yang sebenarnya bisa menuntun kita. Apakah benar Malaysia yang berada di balik semua ini? tugas aparat Indonesialah yang lebih berwenang untuk itu. Sementara kita sebagai warga negara yang masih mencintai tanah air kita, mari kita serukan untuk boikot semua produk Malaysia.
Dengan semua hal yang sudah mereka lakukan, mulai dari menyiksa TKI, mencuri kebudayaan kita dan diaku2 sebagai kebudayaan mereka, lalu mencuri pulau-pulau kita, memprovokasi, maka saya secara pribadi bersumpah tidak akan pernah mau ke Malaysia. Saya tidak akan mau memberikan dollar saya kepada negara busuk itu.
Semoga kebenaran cepat terungkap, HIDUP INDONESIA!!!
Sumber/Penulis :
http://politikana.com/baca/2009/07/24/ada-malaysia-di-belakang-teror.html
0 komentar:
Posting Komentar